Menkes Budi Dorong Ekosistem Radiofarmaka untuk Tingkatkan Layanan Penyakit Kanker



Warta Sehat | Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengajak sektor swasta untuk membangun ekosistem radiofarmaka demi meningkatkan layanan pengobatan penyakit kanker. Hal tersebut disampaikan saat peresmian pabrik radioisotop PT Global Onkolab Farma di Jakarta, Selasa (15/10).

“Radioterapi adalah sebuah ekosistem. Kita memerlukan PET Scan, SPECT CT, LINAC, dan Brachytherapy, ada radiofarmaka-nya, ada siklotron-nya, ada transportasinya. Tolong bantu kami untuk mewujudkan ekosistem ini secepat mungkin,” ajak Menkes Budi.

Ekosistem radiofarmaka dapat terwujud melalui kerja sama antara pembuat regulasi, pemberi layanan kesehatan, organisasi profesi, civitas akademik, dan pembuat mesin PET Scan, yakni alat yang digunakan untuk mendeteksi penyebaran kanker.

Radiofarmaka merupakan isotop radioaktif (radioisotop) dalam bentuk sediaan farmaka yang digunakan untuk aplikasi medis. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi medis, radiofarmaka banyak diaplikasikan dalam bidang kedokteran nuklir untuk diagnostik atau terapi penyakit, khususnya kanker.

Menkes Budi menyesalkan bahwa sebelumnya hanya terdapat tiga lokasi yang menyediakan layanan PET Scan menggunakan radiofarmaka. Padahal, alat tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk pencegahan dan pengobatan kanker. Akibatnya, waktu tunggu pelayanan semakin lama, dan banyak pasien di Indonesia yang akhirnya berobat ke luar negeri.

PET Scan bukanlah inovasi baru dalam dunia kesehatan. Negara tetangga seperti Singapura memiliki 17 rumah sakit dan Malaysia memiliki 20 rumah sakit yang menyediakan layanan PET Scan.

“Sekarang kita mau tambah sekitar 18 unit PET Scan lagi, dan itu akan ada di 16 provinsi di seluruh pulau besar di Indonesia,” ungkap Menkes Budi.

Menkes Budi juga mendorong pemanfaatan radiofarmaka tidak hanya sebatas diagnostik, tetapi juga untuk pengembangan teranostik pada masa mendatang.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Taruna Ikrar merasa belum cukup puas dengan berbagai alternatif untuk penyembuhan kanker, seperti hormon terapi, kemoterapi, imunoterapi, hingga operasi (surgery). Taruna menaruh harapan besar terhadap pemanfaatan radiofarmaka.

“Kita berharap bisa diantisipasi lewat radioterapi dan radioisotop, yang punya karakteristik lebih spesifik terhadap penyakit kanker yang susah diobati,” kata Taruna.

Sumber: Sehatnegeriku.kemkes.go.id